WhenSeptember End..

Pages

Selasa, 20 September 2011

Kisah Muallaf Cilik Tanpa Guru di Amerika

"Rasulullah saw bersabda: "Setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan

fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, atau
Nasrani, atau Majusi.." (HR. Bukhari)

Kisah bocah Amerika ini tidak lain adalah sebuah bukti yang
membenarkan hadits tersebut di atas. Alexander Pertz dilahirkan dari
kedua orang tua Nasrani pada tahun 1990 M.. Sejak awal ibunya telah
memutuskan untuk membiarkannya memilih agamanya jauh dari pengaruh
keluarga atau masyarakat. Begitu dia bisa membaca dan menulis maka
ibunya menghadirkan untuknya buku-buku agama dari seluruh agama, baik
agama langit atau agama bumi.

Setelah membaca dengan mendalam, Alexander memutuskan untuk menjadi
seorang muslim. Padahal ia tak pernah bertemu muslim seorangpun.

Dia sangat cinta dengan agama ini sampai pada tingkatan dia
mempelajari sholat, dan mengerti banyak hukum-hukum syar" i, membaca
sejarah Islam, mempelajari banyak kalimat bahasa Arab, menghafal
sebagian surat, dan belajar adzan.

Semua itu tanpa bertemu dengan seorang muslimpun. Berdasarkan bacaan-
bacaan tersebut dia memutuskan untuk mengganti namanya yaitu Muhammad
"Abdullah, dengan tujuan agar mendapatkan keberkahan Rasulullah saw
yang dia cintai sejak masih kecil.

Salah seorang wartawan muslim menemuinya dan bertanya pada bocah
tersebut. Namun, sebelum wartawan tersebut bertanya kepadanya, bocah
tersebut bertanya kepada wartawan itu, "Apakah engkau seorang yang
hafal Al Quran ?"

Wartawan itu berkata: "Tidak& #65533;. Namun sang wartawan dapat merasakan
kekecewaan anak itu atas jawabannya.

Bocah itu kembali berkata , "Akan tetapi engkau adalah seorang
muslim, dan mengerti bahasa Arab, bukankah demikian ?". Dia
menghujani wartawan itu dengan banyak pertanyaan. "Apakah engkau
telah menunaikan ibadah haji ? Apakah engkau telah menunaikan
"umrah ? Bagaimana engkau bisa mendapatkan pakaian ihram ? Apakah
pakaian ihram tersebut mahal ? Apakah mungkin aku membelinya di sini,
ataukah mereka hanya menjualnya di Arab Saudi saja ? Kesulitan apa
sajakah yang engkau alami, dengan keberadaanmu sebagai seorang muslim
di komunitas yang bukan Islami ?"

Setelah wartawan itu menjawab sebisanya, anak itu kembali berbicara
dan menceritakan tentang beberapa hal berkenaan dengan kawan-
kawannya, atau gurunya, sesuatu yang berkenaan dengan makan atau
minumnya, peci putih yang dikenakannya, ghutrah (surban) yang dia
lingkarkan di kepalanya dengan model Yaman, atau berdirinya di kebun
umum untuk mengumandangkan adzan sebelum dia sholat. Kemudian ia
berkata dengan penuh penyesalan, "Terkadang aku kehilangan sebagian
sholat karena ketidaktahuanku tentang waktu-waktu sholat."

Kemudian wartawan itu bertanya pada sang bocah, "Apa yang membuatmu
tertarik pada Islam ? Mengapa engkau memilih Islam, tidak yang lain
saja ?" Dia diam sesaat kemudian menjawab.

Bocah itu diam sesaat dan kemudian menjawab, "Aku tidak tahu, segala
yang aku ketahui adalah dari yang aku baca tentangnya, dan setiap
kali aku menambah bacaanku, maka semakin banyak kecintaanku& #65533;.

Wartawab bertanya kembali, "Apakah engkau telah puasa Ramadhan ?"

Muhammad tersenyum sambil menjawab, "Ya, aku telah puasa Ramadhan
yang lalu secara sempurna. Alhamdulillah, dan itu adalah pertama
kalinya aku berpuasa di dalamnya. Dulunya sulit, terlebih pada hari-
hari pertama" . Kemudian dia meneruskan : "Ayahku telah menakutiku
bahwa aku tidak akan mampu berpuasa, akan tetapi aku berpuasa dan
tidak mempercayai hal tersebut" .

"Apakah cita-citamu ?" tanya wartawan

Dengan cepat Muhammad menjawab, "Aku memiliki banyak cita-cita. Aku
berkeinginan untuk pergi ke Makkah dan mencium Hajar Aswad" .

"Sungguh aku perhatikan bahwa keinginanmu untuk menunaikan ibadah
haji adalah sangat besar. Adakah penyebab hal tersebut ?" tanya
wartawan lagi.

Ibu Muhamad untuk pertama kalinya ikut angkat bicara, dia berkata :
"Sesungguhny a gambar Ka"bah telah memenuhi kamarnya, sebagian
manusia menyangka bahwa apa yang dia lewati pada saat sekarang
hanyalah semacam khayalan, semacam angan yang akan berhenti pada
suatu hari. Akan tetapi mereka tidak mengetahui bahwa dia tidak hanya
sekedar serius, melainkan mengimaninya dengan sangat dalam sampai
pada tingkatan yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain" .

Tampaklah senyuman di wajah Muhammad "Abdullah, dia melihat ibunya
membelanya. Kemudian dia memberikan keterangan kepada ibunya tentang
thawaf di sekitar Ka"bah, dan bagaimanakah haji sebagai sebuah
lambang persamaan antar sesama manusia sebagaimana Tuhan telah
menciptakan mereka tanpa memandang perbedaan warna kulit, bangsa,
kaya, atau miskin.

Kemudian Muhammad meneruskan, "Sesungguhny a aku berusaha
mengumpulkan sisa dari uang sakuku setiap minggunya agar aku bisa
pergi ke Makkah Al-Mukarramah pada suatu hari. Aku telah mendengar
bahwa perjalanan ke sana membutuhkan biaya 4 ribu dollar, dan
sekarang aku mempunyai 300 dollar."

Ibunya menimpalinya seraya berkata untuk berusaha menghilangkan kesan
keteledorannya, "Aku sama sekali tidak keberatan dan menghalanginya
pergi ke Makkah, akan tetapi kami tidak memiliki cukup uang untuk
mengirimnya dalam waktu dekat ini."

"Apakah cita-citamu yang lain ?" tanya wartawan.

"Aku bercita-cita agar Palestina kembali ke tangan kaum muslimin.
Ini adalah bumi mereka yang dicuri oleh orang-orang Israel (Yahudi)
dari mereka." jawab Muhammad

Ibunya melihat kepadanya dengan penuh keheranan. Maka diapun
memberikan isyarat bahwa sebelumnya telah terjadi perdebatan antara
dia dengan ibunya sekitar tema ini.

Muhammad berkata, "Ibu, engkau belum membaca sejarah, bacalah
sejarah, sungguh benar-benar telah terjadi perampasan terhadap
Palestina."

"Apakah engkau mempunyai cita-cita lain ?" tanya wartawan lagi.

Muhammad menjawab, "Cita- citaku adalah aku ingin belajar bahasa
Arab, dan menghafal Al Quran."

"Apakah engkau berkeinginan belajar di negeri Islam ?" tanya
wartawan

Maka dia menjawab dengan meyakinkan : "Tentu"

"Apakah engkau mendapati kesulitan dalam masalah makanan ? Bagaimana
engkau menghindari daging babi ?"

Muhammad menjawab, "Babi adalah hewan yang sangat kotor dan
menjijikkan. Aku sangat heran, bagaimanakah mereka memakan dagingnya.
Keluargaku mengetahui bahwa aku tidak memakan daging babi, oleh
karena itu mereka tidak menghidangkannya untukku. Dan jika kami pergi
ke restoran, maka aku kabarkan kepada mereka bahwa aku tidak memakan
daging babi."

"Apakah engkau sholat di sekolahan ?"

"Ya, aku telah membuat sebuah tempat rahasia di perpustakaan yang
aku shalat di sana setiap hari" jawab Muhammad

Kemudian datanglah waktu shalat maghrib di tengah wawancara. Bocah
itu langsung berkata kepada wartawan," Apakah engkau mengijinkanku
untuk mengumandangkan adzan ?"

Kemudian dia berdiri dan mengumandangkan adzan. Dan tanpa terasa, air
mata mengalir di kedua mata sang wartawan ketika melihat dan
mendengarkan bocah itu menyuarakan adzan

Semoga Bermanfaat
^_^

Sumber: http://ninafkoe.multiply.com/journal/item/269

             http://konversituhan.blogspot.com/2009/03/kisah-muallaf-cilik-tanpa-guru-di.html

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More